IP

16 September 2007

SUJI KINI PENGHASIL $$$ DOLLAR $$$

artikel ini diambil dari :
http://blog.appidi.or.id/
jadi semua tulisan dibawah ini total didapat dari alamat diatas.
sepertinya menarik juga untuk dimuat, karena sayapun ingin menggelutinya.
silahkan dibaca dan direnungkan, mungkin anda tertarik juga.


Tanaman Liar Itu Kini Jadi Penghasil Dolar

Sebuah kepercayaan, yang sekarang masih berlaku bagi masyarakat China, khususnya bagi pemeluk Budha dan Kongfutse di Taiwan dan umumnya masyarakat etnis itu di negara manapun, tanaman “Suji” dianggap membawa hoki dan dapat memperlacar rezeki.Bahkan konon kabarnya untuk kesehatan jasmani seseorang, tanaman ini sangat mempengaruhi eksistensi dalam kehidupan sehari-harinya. Entah dari mana asalnya, dan sejak kapan kepercayaan terhadap tanaman itu. “Kalau anda tidak percaya, tengok saja di setiap sudut rumah mereka terlihat pot-pot bunga suji dalam aneka bentuk akan terlihat rapi,” kata salah seorang petani suji asal Sukabumi, Ado Nixon (32) kepada “Mitra Bisnis”.Di Kab. Sukabumi, saat ini para petani terlihat sangat antusias sekali, mencari atau mengumpulkan pohon-pohon suji sampai ke pelosok daerah terpencil. Di kalangan masyarakat Indonesia, tanaman ini juga sudah dikenal lama, yang biasanya dimanfaatkan untuk pewangi penganan khususnya kue.
Beberapa negara tetangga, yang datang dan membuka usaha di Sukabumi sangat “interest” sekali pada pengembangan pohon suji yang ditanam tanpa “sengaja” di area halaman rumah mereka untuk diekspor keluar negeri. “Padahal, untuk budidaya tanaman suji sangat gampang, dan murah biaya tanam seluas satu hektarnya,” katanya.
Tanaman Suji (Drassena SP - latin -red), konon kabarnya cikal bakalnya berasal dari negara Zaire dan Kamerun termasuk jenis Familli Liliceae yang bentuk fisiknya persis bambu. Tanaman ini sangat mudah beradaptasi, dan tumbuh di berbagai jenis tanah dan tempat, bahkan dapat tumbuh dengan baik hanya dengan merendam di dalam air. “Dan perlu diperhatikan, suji sama sekali tidak dipengaruhi cuaca apapun,” tutur Ado.
Sehingga tidak heran, bila suji di Sukabumi tumbuh di seputar kota hingga di pelosok daerah. Hanya sayangnya, tumbuhan ini masih liar. Dan ini dapat terlihat, di mana suji hanya ditanam di pinggir-pinggir pagar atau pembatas tanah. Dan uniknya, tumbuhan ini dapat terlihat di setiap sudut kuburan.

Mengundang Investor
Awalnya, tanaman ini tidak mempunyai nilai jual tinggi, bahkan bisa dibilang tidak begitu laku. Namun setelah hadirnya para kreator seni dari Taiwan dan Korea, yang berhasil menampilkan seni serta berbagai macam bentuk kreasi, maka mulailah jenis tanaman ini memiliki nilai jual tinggi. “Namun sangat disayangkan, sampai saat ini tidak ada investor yang peduli menanam modalnya dalam skala besar,” tutur Ado.
Bagi pembeli seni, hasil kreator suji memandang semakin unik, sulit dan aneh bentuknya, maka semakin tinggi pula harga jualnya. Tanaman ini yang cenderung daunnya selalu hijau melambangkan lestari atau kekal dan keberuntungan selalu bertahan lama hidupnya. Bambu rezeki yang sosoknya beruas-ruas, seolah-olah melambangkan kehidupan manusia akan semakin meningkat tahap demi tahap.
Namun sayangnya, sampai saat ini para pengumpul masih mengandalkan bahan baku dengan cara pembelian suji ke setiap rumah yang kebetulan terdapat pohon itu. Tetapi jumlah tanaman tersebut, masih jauh dari permintaan pasar. Padahal, pembeli suji, bukan hanya dari Korea saja. Bahkan di kota-kota besar di dalam negeri pun seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Batam, masih membutuhkan tanaman “hoki” ini. “Untuk memenuhi permintaan pasar ekspor, yang setiap hari membutuhkan suji dalam jumlah banyak hingga kini belum terisi pasarnya,” tuturnya.
Hambatan pasar dominan untuk para penanam suji adalah, kurang baiknya hasil kreasi, kualitas, dan kuantitas, serta rutinitas, yang bermuara pada permodalan. “Sebenarnya, bila kita menerjuni budidaya tanaman suji, tidak memerlukan biaya tinggi,” kata Ado.
Sebab banyak petani, yang menilai bahwa permintaan pasar suji hanya berlaku temporer. Padahal, pasaran masih luas apalagi bila menembus pangsa pasar negara-negara yang mempunyai musim salju. Di mana saat musim salju, tanaman mereka yang berada di pekarangan rumahnya berubah menjadi putih. “Mereka percaya, tanaman “bambu rezeki” ini dapat menetralisir racun yang berada di dalam lingkungan mereka,” katanya.
Kendala lain yang banyak dikhawatirkan oleh para eksportir adalah, peraturan karantina bebas pestisida dan lamanya waktu pengiriman, sehingga menyebabkan tanaman mati sebelum tiba di tempat tujuan. Di sinilah sesungguhnya, keunggulan bambu rezeki ini. Tahan terhadap perlakuan ÔistimewaÕ saat berada di dalam peti kemas selama 20 hari.

Belum Terpenuhi
Permintaan sekarang dari Korea, serta beberapa negara lainnya, hingga kini masih belum terpenuhi. Pesanan suji berskala besar misalnya, dari Singapura, Malaysia, China, Belanda, dan Kanada belum dapat terpenuhi, karena keterbatasan bahan baku. “Padahal untuk memenuhi permintaan pasar dari Korea saja, bahan baku untuk kreasi yang diperlukan terpaksa membelinya sampai ke Provinsi Lampung dan Bengkulu,” kata Ado.
Kekurangan ini, tutur Ado dapat dimanfaatkan oleh para petani di sekitar Sukabumi dengan mengolah lahan tidur yang mencapai ratusan hektar. Dan itupun, budidaya tanaman suji hingga saat ini belum secara optimal ditanam. “Alangkah baiknya, para petani dirangsang oleh para investor atau lembaga keuangan yang respek terhadap bidang pertanian.

TEKNIK BUDIDAYA
Secara umum, tanaman suji dapat ditanam tanpa mengenal cuaca dan kondisi tanah. Sekalipun gersang, dapat tumbuh dengan baik. Tetapi tanaman ini, sangat menyukai tumbuh di bawah pohoh-pohon besar yang menjadi naungannya. “Biasanya, lahan tersebut merupakan lahan marginal, tidak dapat ditanami tanaman lain,” kata Ado.
Banyak orang memilih tanaman suji, untuk disimpan di dalam rumah. Setelah melalui berbagai kreasi, atau sebaliknya tanaman tersebut bisa hidup kekeringan tanpa memperoleh perlakukan istimewa selama 20 hari.

I. Pembibitan.
Untuk mendapatkan pertumbuhan baik di lapangan, mulailah dengan memilih bibit yang sehat dan segar. Misalnya, dengan kondisi daun yang berwarna hijau segar, dan batangnya keras. Dan ini bisa dilakukan, dengan menggunakan pijitan tangan terhadap batang itu.
“Untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam, pilih bibit dari pucuk. Tetapi dapat pula dengan mempergunakan potongan stek batang,” kata Ado Nixon. Namun diusahakan mencari batang yang sudah terlihat bakal tunasnya.

II. Pengolahan Tanah
Tanah sebelum ditanami bibit suji, dibersihkan dari rumput, bisa juga mempergunakan herbisida ataupun cukup dicangkul secara tradisional. Sedangkan pola tanam, bisa dibuat bedengan seperti pada penanaman sayur mayur. Dan lebih ideal, tanah tersebut diberi pupuk kandang dan ditaburi pupuk kimia yang ramah lingkungan.
Dibandingkan dengan jenis tanaman lain, suji tidak memerlukan penaburan pupuk secara rutinitas. Ia hanya membutuhkan pupuk dasar saja, dan itupun bisa ditambah dengan pembakaran sisa rumput atau sekam padi.

III. Metode Penanaman
Bibit setelah direndam selama kurang 30 menit, kedalam air yang sudah diberi fungisida dan zat perangsang tumbuh (ZPT) bisa langsung ditanamkan dalam bedengan dengan jarak antara 15 cm x 15 cm.
Berarti untuk satu hektar lahan, bila dihitung efektif 6.000 meter saja bisa diisi dengan 216.000 batang. Bibit ditanam, minimal dibenamkan masuk dalam tanah sepanjang dua ruas. Dan setiap satu minggu sekali, dilakukan penyulaman dengan mengganti bibit yang mengalami pembusukan dengan bibit yang baru.
Pupuk susulan, dapat diberikan setelah usia 45 hari setelah tanam (HST). “Tetapi biasanya, para petani melakukan penyemprotan insektisida pada lahan yang siap ditanam,” katanya. Penyiangan atau pembersihan rumput, dilakukan selama satu atau dua bulan sekali. Pada saat tinggi tanaman mencapai lebih kurang 50 cm, dilakukan penjepitan dengan bambu agar tanaman menjadi lurus dan tahan terhadap terpaan angin kencang.
Hal ini harus dilakukan, mengingat kriteria pembelian tanaman suji harus berbatang lurus.

Hama dan Penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman suji, pada saat bibit baru ditanam, biasanya pembusukan batang yang disebabkan oleh sejenis jamur. Namun dapat ditanggulangi dengan fungisida sistemik, misalnya Derosal.
Hama serangga yang menyerang, biasanya kutu putih dan itu dapat dilakukan penanggulangannya hanya dengan menyiramkan air melalui penyemprotan. “Tidak memerlukan bahan kimia. Para petani bisa mempergunakan air dengan mempergunakan selang-selang dengan tekanan tinggi,” katanya.-

Tanaman Liar Itu Kini Jadi Penghasil Dolar
Berawal dari pertemuan dengan seorang teman yang kebetulan sekolah di luar negeri (TaiwanÑred). Ia memperoleh informasi, bahwa tanaman suji yang banyak tumbuh di sekitar daerah Sukabumi, bisa menjadi peluang usaha yang mempunyai nilai jual tinggi. “Namun itu harus melalui, kemampuan kreasi dalam berbagai bentuk dan ukuran,” kata salah seorang petani suji Sukabumi, Ado Nixon.
Setelah melakukan berbagai uji coba, selama kurang lebih empat tahun, hasilnya baru dapat terasa. Ia sekarang sudah mampu menggaji enam orang karyawan, dan puluhan plasma suji yang tersebar di wilayah kota dan Kab. Sukabumi.
Setiap bulan, ia dipastikan mengantongi penghasilannya sebesar Rp 3 juta bersih. “Namun, itupun dilalui dengan berbagai rintangan. Bahkan bisa dikatakan, sering mengalami kerugian yang menghabiskan dana puluhan juta,” tuturnya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, ia bersama para petani suji mulai kembali melakukan pembenahan pada struktur pengelolaan yang dianggap masih kurang. Seperti memperbaiki manajemen pemasaran ke arah ekspor. Dan hasilnya, sungguh sanga menggembirakan, mereka berhasil memperoleh pangsa pasar primadona yang setiap saat menerima semua bentuk kreasi suji tetap.
“Tetapi sungguh disayangkan, karena kurang memiliki wawasan mengenai pangsa pasar, para kreator seni di Sukabumi terbentur pada persaingan ketat dengan para kreator asal negara Korea,” tuturnya. Dan akibatnya, harga yang telah ditetapkan bersama tidak dapat sepenuhnya tercapai. Mereka menyerah, pada kondisi yang telah dipola oleh kreator Korea tersebut. “Karena yang menjadi penyebab utama adalah, kemampuan memiliki modal yang sangat terbatas,” kata Ado serius.
Sebagai contoh, harga kreasi suji setelah terbentuk menjadi murah dibandingkan dengan harga bahan baku. “Kreator Korea, memandang produk setengah jadi memakan tempat pada setiap kontainer yang akan dikirim ke negaranya. Khususnya, untuk jenis kreasi Kepang,” katanya.
Setelah mengetahui kendala tersebut, ia mengajak kepada para kreator Sukabumi untuk tidak mudah menyerah kepada harga yang ditetapkan negara Korea. Karena, menurut pengetahuannya, negara ginseng tersebut sangat membutuhkan jenis tanaman tersebut.
“Karena itu, seharusnya para kreator suji memiliki satu asosiasi, yang mampu melobi para kreator atau pembeli, baik menegenai harga maupun mutu barang yang dikirim ke luar negeri,” kata Ado.- Sumber : Mitra Bisnis
Sebuah kepercayaan, yang sekarang masih berlaku bagi masyarakat China, khususnya bagi pemeluk Budha dan Kongfutse di Taiwan dan umumnya masyarakat etnis itu di negara manapun, tanaman “Suji” dianggap membawa hoki dan dapat memperlacar rezeki.
Bahkan konon kabarnya untuk kesehatan jasmani seseorang, tanaman ini sangat mempengaruhi eksistensi dalam kehidupan sehari-harinya. Entah dari mana asalnya, dan sejak kapan kepercayaan terhadap tanaman itu. “Kalau anda tidak percaya, tengok saja di setiap sudut rumah mereka terlihat pot-pot bunga suji dalam aneka bentuk akan terlihat rapi,” kata salah seorang petani suji asal Sukabumi, Ado Nixon (32) kepada “Mitra Bisnis”.
Di Kab. Sukabumi, saat ini para petani terlihat sangat antusias sekali, mencari atau mengumpulkan Pohon-pohoh suji sampai ke pelosok daerah terpencil. Di kalangan masyarakat Indonesia, tanaman ini juga sudah dikenal lama, yang biasanya dimanfaatkan untuk pewangi penganan khususnya kue.
Beberapa negara tetangga, yang datang dan membuka usaha di Sukabumi sangat “interest” sekali pada pengembangan pohon suji yang ditanam tanpa “sengaja” di area halaman rumah mereka untuk diekspor keluar negeri. “Padahal, untuk budidaya tanaman suji sangat gampang, dan murah biaya tanam seluas satu hektarnya,” katanya.Tanaman Suji (Drassena SP - latin -red), konon kabarnya cikal bakalnya berasal dari negara Zaire dan Kamerun termasuk jenis Familli Liliceae yang bentuk fisiknya persis bambu. Tanaman ini sangat mudah beradaptasi, dan tumbuh di berbagai jenis tanah dan tempat, bahkan dapat tumbuh dengan baik hanya dengan merendam di dalam air. “Dan perlu diperhatikan, suji sama sekali tidak dipengaruhi cuaca apapun,” tutur Ado.
Sehingga tidak heran, bila suji di Sukabumi tumbuh di seputar kota hingga di pelosok daerah. Hanya sayangnya, tumbuhan ini masih liar. Dan ini dapat terlihat, di mana suji hanya ditanam di pinggir-pinggir pagar atau pembatas tanah. Dan uniknya, tumbuhan ini dapat terlihat di setiap sudut kuburan. MEDIA BISNIS

Keterangan :
Gambar dan Foto saya ambil waktu dalam perjalanan ke Kota Sukabumi. Rute yang saya tempuh, Dari Sukanagara melewati perkebunan Teh Pasir Nangka terus lewat hutan Lindung Ciguha - Gegerbitung - Sukaraja baru masuk Kota Sukabumi.
Memang dalam perjalanan disepanjang jalan mulai geger bitung arah sukaraja - sukabumi banyak tumbuh sumbur tanaman suji. Baik di pakai sebagai pembatas ladang - pagar halaman maupun sebagai penghias taman.


sedangkan artikel dibawah ini diambil dari alamat berikut :
http://news.indosiar.com/news_read.htm?id=64271
sayang foto gak ditampilkan
Tanaman Suji Yang Membawa Hoki

Reporter : Yadi SupyandiJuru Kamera : Medi Kuswadi, Warsam Aji
Penyunting Gambar : Bagus Andriansari
Lokasi : Selabintana, Sukabumi
Tayang : 5 September 2007 Pukul 12.30 WIB


Ini merupakan hamparan tanaman suji atau dalam bahasa latinnya disebut Drassena Sp. Tanaman ini banyak tumbuh di wilayah Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat. Tanaman ini termasuk jenis famili liliceae yang bentuk fisiknya mirip bamboo, karena itu dikenal juga dengan sebutan bambu hoki.
Disebut hoki karena tanaman ini bagi masyarakat etnis Tionghoa dipercaya membawa keberuntungan atau hoki. Tanaman suji mudah beradaptasi serta dapat tumbuh diberbagai jenis tanah dan tempat. Bahkan dapat tumbuh dengan baik hanya dengan direndam di air.
Di Sukabumi, suji ditanam masyarakat diberbagai tempat. Sebagai pagar di pekarangan rumah atau sebagai pembatas tanah. Suji kini berkembang menjadi tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Permintaan ekspornya cukup tinggi terutama dari China dan Korea.
Tanaman suji dijual berdasarkan panjang dan diameternya. Harganya bervariasi antara dua puluh lima rupiah hingga lima puluh rupiah per meter. Proses perangkaiaan tanaman suji dimulai dari pemilihan batang pohon yang berkualitas baik. Lalu dikupas kulitnya, hingga bentuk batangnya tampak seperti bamboo.
Setelah itu dibersihkan dengan cairan disinfektan, agar steril dari bakteri dan hama penyakit. Kemudian batang suji dipotong sesuai ukuran. Lalu disemai selama 4 minggu hingga tumbuh tunas. Setelah keluar tunas, dirangkai sesuai bentuk yang diinginkan. Ide kreatif diperlukan dalam proses perangkaian ini.
Rangkaian tanaman suji atau bambu hoki ini tahan terhadap berbagai macam cuaca. Dalam kondisi seperti ini, bisa bertahan hidup hingga beberapa tahun. Dipasaran lokal rangkaian tanaman suji atau bambu hoki dijual seharga sepuluh ribu hingga tujuh puluh lima ribu rupiah, tergantung bentuk rangkaiannya.
Sedangkan untuk pasaran ekspor, harganya berkisar 1 dolar hingga 7 dolar Amerika Serikat. Nah bila anda tertarik, dapat mencoba menekuni usaha merangkai tanaman suji atau bambu hoki ini. Siapa tahu usaha anda membawa hoki. Apalagi tanaman ini dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. (Helmy Azahari/Dv)